Menantu Pahlawan Negara

Bab 60



Bab 60 Membangun Kepercayaan Diri 

“Apa? Kamu yang mengusir kami, tapi malah meminta kami tanda tangan surat perjanjian.” 

Aripin dan yang lainnya langsung marah. 

Awalnya, mereka ingin segera pergi melamar pekerjaan di perusahaan saingan Grup Agung 

Makmur. 

Dengan rahasia bisnis Grup Agung Makmur di tangan mereka, selain bisa memberikan pukulan kepada Luna, mereka juga akan digaji tinggi. 

Kalau mereka tanda tangan perjanjian anti persaingan sehingga terikat oleh hukum, mereka tidak bisa melakukan apa pun lagi. 

“Kalian nggak mau tanda tangan?” 

Ardika menyipitkan matanya. 

“Kami nggak mau, memangnya kenapa?” 

Aripin dan yang lainnya segera berjalan pergi. 

Ekspresi Luna langsung menjadi masam. Dia melihat jelas kebencian di mata mereka bertiga, mereka pasti akan membalas dendam kepada Grup Agung Makmur. 

Lalu pada saat ini, Ardika tiba–tiba mengangkat ponselnya. 

“Tangkap mereka!” 

Setelah itu, beberapa petugas kepolisian yang berada di luar langsung berlari masuk. 

“Aripin, Lukman, Roy, kalian bertiga dicurigai melakukan kegiatan ilegal seperti penggelapan dana. Sekarang, silakan ikut kami ke kantor polisi untuk melakukan penyelidikan….” 

Wajah Aripin dan dua orang lainnya langsung menjadi pucat. 

Namun, tidak peduli sekeras apa pun teriakan mereka, petugas kepolisian tetap membawa 

mereka pergi. 

“Nggak tahu diuntung,” ucap Ardika dengan santai. 

Kalau mereka tidak tahu diri, Ardika juga akan bersikap kejam. 

Tatapan para karyawan di luar ruangan kepada Luna sudah menjadi takut. 

“Cepat kerja sana, lakukan tugas kalian dengan baik. Masalah ini sudah selesai dan kalian nggak 

akan terseret.” 

Luna berjalan keluar dan melambaikan tangannya. Dia berusaha menenangkan semua orang. 

Semua karyawan pun segera membubarkan diri dan pergi bekerja. 

Zico dan yang lain juga mulai bekerja. 

“Ardika, kamu yang memanggil polisi, ‘kan? Kenapa kamu tahu Aripin dan yang lain melakukan kejahatan?* 

Luna menatap Ardika dengan curiga. 

Ardika tersenyum dan berkata, “Aku teringat atasan mereka. Melihat sifat Yanto dan anaknya, keponakannya juga pasti bermasalah. Jadi, aku memberitahukan hal ini kepada polisi terlebih 

dahulu.” 

Hal ini juga berkat Wisnu dan Wulan yang bodoh. 

Tadi pagi, ancaman mereka di Grup Agung Makmur membuat Ardika berhati–hati dan bersiap- 

siap. 

“Bagaimana dengan Zico dan yang lainnya? Meskipun mereka datang mencariku, aku merasa bahwa ini pasti berhubungan denganmu?” 

Luna tetap merasa curiga. 

Awalnya, Ardika ingin mengakui bahwa dia membawa Zico, Gita dan Mario dari tempat Henry 

untuk membantu Luna. 

Namun, ketika melihat tatapan Luna yang kurang percaya diri, Ardika merasa sakit hati. 

Luna adalah orang yang hebat dan pintar. 

Namun, beberapa tahun ini dia terus dirundung oleh Keluarga Basagita, sehingga kepercayaan dirinya juga terus tertekan. Semua itu membuat Luna kurang percaya diri. 

“Sayang, kamu harus lebih percaya diri. Mereka memang datang ketika mendengar nama Luna, aku kebetulan bertemu mereka di luar sana,” ucap Ardika sambil memegang tangannya. 

Dia ingin membangun kepercayaan diri Luna, agar Luna dapat memiliki sikap yang gagah berani 

dalam melakukan semua hal. 

Sebagai suaminya, Ardika akan bersembunyi di belakang untuk melindunginya. 

Di rumahnya Yanto

Mereka sedang menunggu kabar dari proyek. 

“Haha. Aku dengar kalau Luna langsung pergi ke proyek setelah makan siang. Sesampai di sana, dia langsung memeriksa keuangan proyek. Sekarang, dia pasti sedang kesulitan karena diserang 

+15 BONUS 

oleh Aripin dan yang lainnya,” kata Wisnu dengan bangga. 

Hehe. Seorang wanita pasti kalah dengan tiga orang pria. Dasar nggak tahu diri.” 

Wulan juga berkata dengan sinis, “Sepertinya dia akan segera pulang memohon bantuan kakek 

untuk membelanya.” 

Tuan Besar nggak akan membantunya, malah akan diusir.” 

Selesai berbicara, ponsel Yanto langsung berdering. 

“Lihat, kabar baik sudah datang. Mungkin aku akan diundang kembali untuk menjadi pemimpin.” 

Yanto segera mengangkat teleponnya dengan senang. Setelah berbicara sebentar, ekspresinyal langsung menjadi masam. Keringat dingin juga bercucuran dari keningnya. Content held by NôvelDrama.Org.

“Ayah, kamu kenapa? Sakit?” 

Wishu dan Wulan buru–buru memapahnya. 

Yanto menyuruh mereka minggir. Namun, ketika mereka melepaskan Yanto, Yanto langsung terjatuh lemas di kursi. 

Dia berkata dengan gemetar, “Aripin diduga melakukan penggelapan dana, mereka sudah ditangkap oleh polisi….” 

“Apa!” 

Wisnu dan Wulan tercengang

Wisnu tiba–tiba tertawa terbahak–bahak dan berkata, “Wanita itu cari mati. Dia langsung menangkap tiga orang senior, hal itu pasti akan membuat suasana proyek menjadi panik. Kita lihat bagaimana dia menyelesaikannya.” 

“Zico dan dua orang lainnya dari Grup Sentosa Jaya pindah ke perusahaan kita untuk menggantikan Aripin dan yang lainnya.” 

Ucapan Yanto membuat Wisnu terdiam. 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.