Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 65



Bab 65 +15 BONUS

Olga menjadi ciut begitu melihat Harvey. Sebelumnya nyalinya memang tampak begitu besar saat minum minum di meja tadi, tetapi itu dikarenakan tadi dia sedang mabuk dan ada Selena di

sampingnya

Dia telah melihat dengan matanya sendiri seberapa Harvey menyayangi Selena, seberapa Harvey memanjakan Selena, dan seberapa kejamnya Harvey terhadap orang lain.

Olga masih ingat bahwa dua tahun lalu, dirinya pernah mengajak Selena ke sebuah bar. Harvey pun secara langsung datang untuk menjemput Selena. Ketika Selena tidak memperhatikan, Harvey pun menatap Olga dengan sorot mata yang dingin, lalu hanya berpesan empat kata, “Tidak ada kali keduanya.”

Pada saat Harvey pergi, tubul Olga pun sudah bermandikan keringat dingin. Selama beberapa hari berturut-turut, sepasang mata Harvey selalu menghantui mimpi buruknya.

“Crak!”

Harvey menutup tutup korek api, lalu dengan santai melihat ke arah Olga. Kesan intimidasi yang dahsyat itu kembali melanda jiwa Olga.

Olga menelan ludah, lalu berkata dengan suaranya yang mengecil, “Anu... Pak Harvey, aku mau mencari Selena, aku tidak akan mengganggumu lagi.”

= an

Harvey dengan santai menjatuhkan abu rokoknya, lalu menatap Olga dengan tatapan yang miring sambil berkata, “Mau mengobrol?”

Olga tidak mengira bahwa Harvey akan membahas masa lalu dengannya. Sekujur tubuh Olga pun serasa enggan menerima tawaran Harvey itu. “Ibuku berkata bahwa seorang anak gadis yang baik harus pulang sebelum hari gelap, jadi lain kali saja. Lain kali pasti bisa,” ujarnya.

Olga bermaksud pergi setelah selesai mengatakan itu. Namun, saat ini malah muncul seseorang lagi, yaitu Chandra. Dulunya Olga sering menyebutnya sebagai pembunuh bayaran pribadi Harvey. “Silakan, Nona Olga.”

Olga pun benar—benar merasa tak berdaya. Beberapa menit kemudian, Olga diundang ke kafe yang ada di sebelah.

Meskipun sedang duduk, tetapi kakinya tidak berhenti bergemetaran, hingga kopi di atas meja

pun ikut terguncang—guncang.

Harvey hendak mengambil kopi. Namun, ketika melihat bahwa hiasan bunga pada permukaan kopi itu sudah berubah bentuk karena guncangan itu, tangannya yang sudah terulur pun terhenti

seketika.

Suasananya menjadi sedikit canggung. Olga tersenyum canggung, tetapi tetap berusaha bersikap sopan. Dia dengan santai meraih cangkir kopi itu dan menyodorkannya sambil berkata, “Silakan, Pak Harvey.”

Setelah itu, dia diam—diam memaki dirinya sendiri di dalam hati karena kebiasaan yang timbul karena profesinya itu lagi-lagi kambuh

Setelah dia menyerahkan kopi tersebut, suasana menjadi semakin canggung. Harvey langsung mengesampingkan kopi itu dan berkata, “Aku ingin tahu tentang Selena dan Lewis.”

Olga tidak tahu apakah Harvey ini gila atau tidak, yang dia tahu hanyalah Harvey adalah orang yang sangat posesif.

Sekarang Harvey bertanya kepada dirinya untuk mencari tahu tentang keadaan mantan istrinya.

Ini jelas membuktikan bahwa Harvey masih mencintai Selena. Olga pun segera berkata, “Kak Lewis sepertinya tertarik kepada Selena, tetapi Selena tidak tertarik padanya. Kalau tidak, aku

tidak akan repot-repot menjodohkan mereka berdua.”

Tatapan Harvey menjadi tampak lebih dingin setelah mendengar kata “menjodohkan*. Olga pun berubah menjadi patuh seolah—olah sedang berhadapan dengan seorang atasan. Dia menyusutkan lehernya dan menatap Harvey dengan hati—hati.

“Anu... Pak Harvey, jangan-jangan Anda... masih menyukai Selena?”

Ini jelas adalah pertanyaan yang tabu bagi Harvey. Harvey tidak menjawab, jari telunjuknya mengetuk meja dengan pelan “Seberapa jauh hubungan mereka?” tanya Harvey.

“Tidak, tidak, aku berani jamin, mereka tidak ada hubungan apa pun. Selena sangat sedih setelah bercerai, bahkan sudah berhari—hari tidak keluar rumah. Hari ini juga aku yang menyuruhnya keluar rumah untuk menghilangkan penat. Mengenai kemunculan Kak Lewis, mungkin itu

karena ajakan dari ketua kelas, tidak ada hubungannya dengan Selena.”

Harvey tidak mengatakan apa—apa. Tatapannya tampak begitu suram hingga membuat Olga ketakutan. Entah Harvey percaya atau tidak dengan omongannya.

“Aku benar—benar tidak tahu bagaimana cara Selena berhubugan dengan Lewis. Dia sangat pandai menyembunyikan perasaann!” ucap Olga dalam hati.

*Pikirannya benar—benar tidak bisa ditebak,” pikir Olga lagi.

*Jika kamu tidak percaya padaku, aku bisa bersumpah, jika ada sesuatu di antara Selena dan Kak Lewis, aku akan ditabrak mobil sampai mati,” ujar Olga.

Harvey mengangkat kelopak matanya, tetapi tidak memberikan reaksi lain. Olga pun menggertakkan gigi dan menambahkan, “Kalau begitu, biarlah aku melajang selama sisa hidupku. 2/3

*IS BONUSThis text is property of Nô/velD/rama.Org.

Apakah sumpah ini sudah cukup kejam? Harvey pun menambahkan, “Kamu juga akan hidup miskin selamanya.”

Harvey ini memang berengsek dan licik. Dia sudah menangkap kelemahan Olga, sehingga Olga pun terpaksa berkata, “Oke, jika aku bohong, biarlah aku hidup miskin selamanya.”

Recharge Promo: 1000 Bonus Free


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.